Membuka Jalan Kebaikan

Seorang guru bahasa arab pengganti memasuki ruangan kelas di sebuah Madrasah Ibtidaiyyah. Ia menggantikan guru pelajaran itu sampai akhir semester ini.

Ia memulai pembelajaran di kelas itu, ketika ia bertanya pada seorang murid laki-laki yang duduk di bangku depan, ia bingung karena tiba-tiba suasana kelas menjadi riuh … murid-murid lain tertawa tanpa sebab.

Karena sudah kenyang dengan pengalaman mengajar, ia paham betul, pastilah ada sesuatu yang ditertawakan oleh anak-anak di kelas itu pada diri anak laki-laki yang ditanya olehnya tadi.

Setelah diselidiki ternyata anak laki-laki itu dikenal sebagai murid yang paling bodoh di kelas itu. Teman-temannya begitu meremehkannya sehingga sering mengolok-olok dan menertawakannya.

Suatu hari, seusai pelajaran ia memanggil murid yang dianggap bodoh itu setelah seluruh teman-temannya pulang. Ia berkata sambil memberikan secarik kertas :

“Hafalkan baik-baik bait-bait syair yang ada di kertas ini … harus hafal betul dan ingat jangan engkau beritahukan kepada teman-temanmu … siapa pun!”

Murid itu mengangguk patuh. Seminggu kemudian, guru menyampaikan pelajaran baru di kelas itu, ia menulis syair di papan tulis … menerangkannya dan membacakannya berulang-ulang, setelah itu ia berkata;

“Nah sekarang siapa yang hafal bait-bait syair ini?” tanyanya sambil perlahan ia menghapus tulisan syair itu di papan tuli.

Tak seorang murid pun mengangkat tangan, kecuali murid yang dikenal bodoh oleh teman-temannya itu, perlahan malu-malu ia berdiri dan menghafalkan bait-bait syair itu.

Hafalan yang lancar sekali … teman-temannya yang biasa mengolok-olok dan menertawakan, semua terkejut dan terdiam.

Guru itu memujinya dan menyuruh teman-temannya untuk bertepuk tangan menghormatinya.

Demikianlah …. berulang kali guru bahasa arab ini memberikan kertas hafalan-hafalan kepada si murid bodoh itu. Tertawaan dan cemoohan teman-temannya kini berubah menjadi kekaguman padanya.

Hal ini mendorong perubahan besar pada jiwa si murid itu. Ia mulai percaya diri dan meyakini bahwa dia tidaklah bodoh.

Ia merasa mampu untuk bersaing dengan teman-teman sekelasnya. Perubahan ini mendorongnya untuk semangat dan bersungguh-sungguh belajar di semua mata pelajaran.

Ketika ujian akhir tiba… murid ini berhasil lulus untuk setiap mata pelajaran dengan nilai yang sangat memuaskan.

Si murid bodoh itu kini sedang mengejar gelar doktor di sebuah universitas ternama di kotanya.

Kisah ini dia tulis di sebuah koran sebagai pujian untuk gurunya sebagai doa agar gurunya itu beroleh pahala dari ALLAH dan kebaikan karena jasa-jasanya.

Saudaraku, manusia yang berteman dengan kita ada dua jenis. Yang satu jenis manusia yang membuka jalan kebaikan menutup jalan keburukan.

Manusia jenis ini akan selalu memberi kita harapan, optimisme, menolong dan melapangkan.

Yang kedua jenis manusia yang membuka jalan keburukan menutup jalan kebaikan.

Manusia jenis ini akan selalu memutus harapan dan cita-cita dari kita. Ia selalu menebar duri dan kerikil di jalan yang akan kita lalui berupa pesimisme, putus asa, curiga, buruk sangka, dan berbagai hal yang memadamkan semangat kita berkarya.

Semoga kita mampu mengambil hikmahnya.

Tinggalkan komentar